Rabu, 18 Januari 2012

PUISI Q

Dilema sang pemimpin
By: Erwin rohadi
Tak kuasa menahan keinginan hati
Berdiri di depan tuk bias didengar suaranya
Oleh prajurit yang berbaris rapi
Yang terkadang bisa menusuk dari belakang
Atau terkadang bisa membela
Dengan taruhan nyawa

Suara hati tak lagi di dengar
Dikala ego menguasai hati
Rintangan di depan terasa mudah tuk dilalui
Bagaikan taring singa yang dengan mudah
Mengoyak empuk dagingnya sang kijang

Harus bagaimana lagi ??
Keinginan sudah di depan mata
Terasa sulit tuk menolak
Sementara kemampuan tak ada

Sudah rasanya berada di antara kawat berduri
Maju pasti terasa sakit tertusuk duri
Mundurpun harus menahan ciuman kawat berduri

Mana yang harus ku pilih??
Rasanya mau pecah kepala ini tuk memikirkannya
Biarkan waktu yang kan memilih
Ku yakin pilihan waktulah yang terbaik
Catatan di waktu senja

Hari hampir senja
Ku masih duduk termenung
Memikirkan apa yang akan ku lakukan esok
Bayangan hari esok mulai hadir di benak ku
Berharap tak ada kesialan yang menghampiriku

Mencoba mencari inspirasi
Sesaat ku tekan remote tv
Berharap bisa menimbah ilmu
Tapi hanya ada cerita fiktif belaka

Mencoba berpaling ke sebuah laptop mungil
Dan ku coba menulis sebuah tulisan
Yang ku tak tau
Apakah yang ku tulis ini
Hanya sebuah file
Yang kan habis di inveksi virus
Atau kah akan habis di makan rayap kalo di print

Hari sudah senja
Ku bosan dengan semua ini
Ku bosan dengan dengan kehidupan ku ini
Berharap hari esok akan lebih baik



Surat untuk sang penguasa

Secercah harapan di pagi  hari
Berharap tak ada mendung menyelimuti langit
Tak kan ada lagi hujan membasahi bumi
Melainkan matahari bersinar terang
Seterang hati sang malaikat

Berjalan hingga kaki bernanah
Tak peduli lagi panas terik matahari
Membakar kulit yang hitam kelam
Kan kami lewati demi sesuap nasi

Begitu berat perjuangan yang harus kami  lewati
Begitu kejam hidup ini
Tak peduli lagi sesama
Tak kan da lagi tempat bagi kami
Kami yang terkapar tak berdaya

Sang penguasa sudah tuli
Tak lagi mendengar jeritan suara hati kami
Tak lagi melihat bagaimana letihnya
Tubuh yang tak berdaya ini
Berjuang untuk seteguk air