Rabu, 24 Juli 2013

Penyesalan Yang Terlambat (Ayah.. kembalikan tangan Dita !)...copy paste juga dari seseorang

Bismillahir-Rahmanir-Rahim … Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya …

Selasa, 23 Juli 2013

Bunga-bunga Lili (copy paste puisi seseorang)

Ketika pertama kali senja meredup dalam gugatan perih bunga-bunga lili
Untaian kealpaan menghujam laksana bayang tak karuan sajak kuno Alexandra
Beberapa kutipan ngeri berkelebat dari antah berantah
Menyisihkan sisa rasa  kalut
Menyisahkan melodi sendu raut hedonis

Bunga-bunga lili,
Melempar senyum gundah pada garis jalannya,, pada pita merah yang memberinya pelangi,
Nyata.. mengundang kelicikan awan hitam.. lalu mengerang.. lalu menangis
Membangunkan semua sudut ketakutan dalam  hilir  tak berujung

Lalu bunga-bunga lili,
Beranjak  dari kekalutan dengan paradoks denting-denting hujan menyeruakkan nada gigih
Hentakan langit
Mengenang sejatinya kejayaan diri kala beberapa ucapan tak menjadi geram  pemburu kumbang, nestapa kalut berjejer menjarakkan kotaknya jauh dan jauh pada semak belantara dan kelabu pitam raungan saga.

Tak ubahnya pernik anggun, bunga-bunga lili  melempar perih cahaya gusar
Menjauhi rupa kelam                    
Menjauhi rupa tak biasa itik renta.

Rabu, 26 Juni 2013

DETEKTOR GEIGER MULLER

1.      Cara kerja detektor Geiger Muller
Detektor pengion gas ini bekerja dengan memanfaatkan hasil interaksi antara radiasi pengion dengan atom atau molekul gas yang dipakai sebagai bahan detektor. Detektor pengionan gas berbentuk silinder yang diisi gas dan mempunyai dua elektroda. Dinding tabung yang dipakai sebagai selubung gas dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan sehingga berfungsi sebagai elektroda negatif (katoda). Kawat di tengah-tengah tabung dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan sehingga berfungsi sebagai elektroda positif (anoda). Dapat digambarkan:
 





                       
Gambar.  Detektor pengion gas

Pencacah atau detektor Geiger Muller ditemukan pada tahun 1928. Detektor Geiger-Muller (GM) beroperasi pada tegangan di atas detektor proporsional. Dengan mempertinggi tegangan melampaui daerah proporsional akan mengakibatkan proses pengionan yang terjadi dalam detektor makin luas memanjang ke seluruh anoda. Jika hal ini terjadi maka berakhirlah daerah operasi proporsional dan detektor mulai memasuki daerah operasi Geiger-Muller.
            Perhatikan gambar grafik di bawah ini:
TINGGI  PULSA
                                                                                                           




                                    TEGANGAN TERPASANG

            Perhatikan grafik di atas, maka dapat dibedakan menjadi 6 daerah jangkauan. Jangkauan I, tegangannya belum cukup tinggi, sehingga medan listriknya belum cukup kuat sehingga gerakan ion dan elektron tidak cepat, jadi berpeluang besar untuk berekombinasi. Jangkauan II, pada bilik atau kamar pengion ini pasangan ion elektron akan mencapai electrode dalam keadaan jenuh. Ini berfungsi untuk mengukur laju desipasi tenaga radiasi. Jangkauan III, tegangan terpasang pada detektor berisi gas dinaikkan, runtutan elektron sekunder dekat kawat sentral menjadi lebih banyak dan menyebar sepenjang kawat itu seperti pada daerah proporsional. Penyebabnya ialah elektron atom tereksitasi dalam tumbukan dan foton ultra ungu yang dipancarkan ketika elektron jatuh kembali ke kulit dalam cukup energetic untuk mengionisasi atom gas lain yang berada di sekitarnya. Jangkauan IV, disini hubungan antara tinggi pulsa dengan tinggi tegangan pemercepat tidak lagi linier. Jangkauan V, pada daerah ini tegangan pemercepat lebih menggandakan ionisasi yang berakibat menebalnya awan ion. Dalam kondisi demikian, tinggi pulsa tidak tergantung lagi pada tenaga radiasi dan tak ada perbedaan tinggi pulsa untuk sembarang radiasi. Daerah yang diisi gas yang bekerja pada tegangan yang sangat tinggi ini diciptakan oleh dua ilmuan yakni Geiger dan Muller. Oleh sebab itu, penamaan detektor ini dimbil dari kedua nama ilmuan tersebut. Dan terakhir jangkauan VI, tegangan pemercepat terlampau tinggi. Ini dapat menyebabkan detektor menjadi rusak.
Proses penggandaan ionisasi yang terjadi pada daerah Geiger Muller hampir terjadi dimana-mana. Dengan demikian ionisasi cepat menjalar ke seluruh volume tabung detektor dan berkelanjutan. Dengan demikian pulsa yang dihasilkan pada alat detektor Geiger-Muller tidak lagi bergantung pada pengionan mula-mula maupun jenis radiasi yang mengakibatkan proses pengionan. Jadi radiasi jenis apapun yang tertangkap oleh pemantau Geiger-Muller akan menghasilkan keluaran yang sama.
Karena tidak mampu lagi membedakan berbagai jenis radiasi yang ditangkap, maka pemantau Geiger-Muller hanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radiasi saja.
Adapun bentuk pulsa tegangan listrik dalam detektor Geiger-Muller adalah sama seperti detektor proporsional, hanya saja waktu tanjak atau waktu bangkitnya (rise time) jauh lebih lamban. Selama proses pemadaman kurang lebih 50µsekon sampai 100µsekon, detektor Geiger-Muller ini tidak tanggap terhadap radasi yang masuk, dan selang waktu itu dinamakan waktu mati (dead time) yang lalu diikut waktu pulih (recovery time) dengan pulsa yang semakin meninggi dari yang amat rendah. Inilah yang menjadi kerugian dari detektor Geiger-Muller karena ketakpekaannya sehingga mencegah pemakaian untuk laju pencacahan yang tinggi. Selain itu juga karena tidak dapat memberi informasi mengenai radiasi (partikel atau foton) yang menimbulkan satu pulsa.
Sedangkan keuntungan dalam pengoperasian di daerah Geiger-Muller ini adalah denyut output yang dihasilkannya sangat tinggi, sehingga untuk pengukurannya tidak diperlukan penguat pulsa (amplifier) atau cukup digunakan penguat pulsa yang sederhana saja. Detektor Geiger-Muller ini juga mudah dibuat, biasanya lebih peka dan lebih murah harganya dibandingkan dengan detektor proporsional.


2.      Contoh gambar detektor Geiger-Muller









Penutup

Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
a)      Detektor Geiger Muller adalah salah satu alat pemantau radiasi yang paling lazim digunakan yang bekerja berdasarkan prinsip pengionan terhadap gas yang ditemukan pada tahun 1928.
b)      Pada dasarnya, cara kerja detektor Geiger Muller sama dengan jenis detektor pengion gas lainnya, yang menjadi pembedanya yakni pada tegangan operasi masing-masing alat.
c)      Keuntungan dari detektor Geiger Muller diantaranya: biasanya lebih peka dan denyut output yang dihasilkannya pun sangat tinggi, sehingga untuk pengukurannya tidak diperlukan penguat pulsa (amplifier) atau cukup digunakan penguat pulsa yang sederhana saja. Jadi, lebih mudah dibuat dan lebih murah harganya.
d)     Sedangkan kelemahan dari alat Geiger Muller yakni karena waktu pulihnya yang lamban. Karena ketakpekaannya ini sehingga mencegah pemakaian untuk laju pencacahan yang tinggi. Dan tidak mampu membedakan berbagai jenis radiasi yang ditangkap.











Daftar Pustaka

Beiser, Arthur. 1983. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Soedojo, Peter. 2001. Azas-Azas Ilmu Fisika jilid 4 Fisika Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
http.//www.google.com/pencacah Geiger muller, pdf/BAlara2004_06108_019.pdf
Wiryosimin, Suwarno. 1995. Mengenal Asas Proteksi Radiasi. Bandung: Penerbit ITB.